
Di balik strategi pemasaran digital yang sukses, ada satu jenis konten yang kerap mencuri perhatian karena relevansinya dengan momen tertentu, seasonal content. Apa itu seasonal content? Secara sederhana, seasonal content adalah jenis konten yang dirancang untuk menyesuaikan dengan musim, perayaan, atau tren waktu tertentu seperti Ramadan, liburan akhir tahun, atau Hari Kemerdekaan.
Konten ini mampu meningkatkan keterlibatan audiens karena hadir di waktu yang tepat dengan pesan yang terasa lebih personal dan kontekstual. Mengetahui cara membuat seasonal content yang efektif bisa menjadi kunci untuk meningkatkan traffic dan konversi dalam waktu singkat.
Apa Itu Seasonal Content?
Seasonal content adalah jenis konten yang dirancang secara khusus untuk menyesuaikan dengan momen, perayaan, atau tren yang terjadi secara periodik dalam setahun. Konten ini dibuat dengan tujuan mengangkat tema yang relevan dengan waktu tertentu, sehingga terasa lebih dekat dan menarik bagi audiens.
Contohnya adalah konten yang dibuat menjelang Natal, Idul Fitri, Tahun Baru, atau musim liburan sekolah. Namun, seasonal content tidak hanya terbatas pada hari besar atau perayaan nasional saja.
Selain itu, seasonal content juga sering dikaitkan dengan “musim” atau fase tertentu yang berulang setiap tahun dalam suatu industri. Fase ini biasanya berupa campaign promosi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan konsumen pada waktu-waktu tertentu.
Misalnya, promo double date 9.9 yang rutin diadakan oleh platform e-commerce seperti Shopee pada tanggal 9 September, atau campaign “Back To School” yang digelar oleh Gramedia saat musim kenaikan kelas anak sekolah, biasanya antara bulan Mei hingga Juli.
Pembuatan seasonal content bertujuan untuk menarik perhatian audiens dengan mengaitkan produk atau layanan yang ditawarkan dengan momen atau topik yang sedang hangat diperbincangkan. Dengan cara ini, brand dapat lebih mudah menjalin koneksi emosional dengan konsumen dan meningkatkan relevansi pesan pemasaran.
Seasonal content dapat dihadirkan dalam berbagai format dan platform, mulai dari postingan di media sosial seperti Instagram, Facebook, TikTok, hingga artikel blog atau website, email marketing, video promosi, dan lain-lain. Fleksibilitas ini memungkinkan brand untuk menjangkau audiens di berbagai saluran dengan cara yang paling sesuai dan efektif.
Baca juga: Content Pillar : Pengertian, Contoh dan Cara Membuatnya
Tujuan dan Manfaat Seasonal Content
Berikut adalah tujuan dan manfaat melakukan seasonal content selain mampu menarik perhatian audiens, seperti:
1. Meningkatkan Promosi dan Penjualan
Seasonal content membantu brand memanfaatkan momen tertentu untuk mempromosikan produk dan meningkatkan penjualan secara signifikan, seperti promosi khusus hari raya atau tanggal kembar.
2. Meningkatkan Brand Awareness
Dengan mengaitkan konten pada peristiwa atau tren yang sedang populer, brand menjadi lebih mudah diingat oleh audiens karena konten terasa relevan dan tepat waktu.
3. Meningkatkan Engagement Audiens
Konten yang sesuai dengan suasana hati atau perayaan tertentu cenderung mendapatkan lebih banyak interaksi seperti likes, komentar, dan share, karena bersifat emosional dan relevan dengan audiens.
4. Membangun Loyalitas Konsumen
Dengan rutin menghadirkan konten menarik pada momen-momen spesial, pelanggan merasa diperhatikan dan cenderung menjadi loyal, bahkan menantikan promosi tahunan dari brand tersebut.
5. Media Promosi Produk Edisi Khusus
Seasonal content efektif untuk memperkenalkan produk edisi terbatas atau penawaran khusus yang menciptakan rasa urgensi bagi konsumen untuk segera membeli.
6. Meningkatkan Reputasi dan Edukasi Brand
Konten edukasi yang disesuaikan dengan momen tertentu (misalnya Hari Kesehatan Nasional untuk bisnis kesehatan) dapat meningkatkan kepercayaan dan reputasi brand di mata konsumen.
7. Mendongkrak Traffic Website
Karena konten ini mengikuti tren dan kebutuhan informasi yang sedang naik daun, seasonal content dapat meningkatkan kunjungan ke website secara signifikan, bahkan menarik backlink dan share dari content creator lain.
8. Memudahkan Perencanaan dan Optimalisasi Konten
Seasonal content memungkinkan perencanaan kalender konten yang terstruktur, sehingga konten dapat dipersiapkan dan dioptimalkan untuk hasil maksimal, termasuk penggunaan data analitik untuk peningkatan konten berikutnya.
Baca juga: Apa itu Content SEO? Jenis dan Cara Membuatnya
Perbedaan Seasonal Content dan Evergreen Content
Dalam dunia digital marketing, mengenal karakteristik seasonal content dan evergreen content menjadi kunci penting untuk menciptakan strategi konten yang optimal dan berkelanjutan. Walaupun keduanya memiliki konsep yang bertolak belakang, nyatanya keduanya bisa saling melengkapi untuk menjangkau audiens dalam waktu yang tepat dan dengan dampak yang maksimal.
Seasonal content adalah konten yang dirancang untuk momen atau periode tertentu dalam setahun, misalnya saat Hari Raya, musim liburan, atau peristiwa tahunan lainnya. Konten ini biasanya sangat relevan dan menarik dalam waktu singkat karena menyentuh tren atau kebutuhan yang sedang memuncak. Namun, setelah periode tersebut lewat, trafik dan ketertarikan terhadap konten ini biasanya ikut menurun.
Contoh nyata dari seasonal content misalnya artikel dengan topik “Rekomendasi Hampers Lebaran 2025 yang Elegan dan Berkesan”. Artikel seperti ini akan sangat diminati menjelang Lebaran, tapi akan kehilangan relevansi ketika momen Lebaran telah berlalu.
Sementara itu, evergreen content adalah konten yang “selalu hijau” yang artinya, tetap relevan dan dicari sepanjang waktu. Konten jenis ini biasanya membahas topik universal, mendasar, dan sering kali berisi panduan atau solusi terhadap masalah umum yang tidak terikat waktu.
Evergreen content menjadi fondasi penting dalam membangun otoritas situs dan mendatangkan trafik organik secara konsisten dari waktu ke waktu.
Sebagai contoh, artikel berjudul “Cara Menulis Meta Deskripsi yang Efektif untuk SEO” termasuk dalam kategori evergreen. Topik tersebut selalu relevan karena meta deskripsi adalah bagian penting dari optimasi SEO yang tak lekang oleh tren. Selama masih ada mesin pencari, maka praktik penulisan meta deskripsi akan tetap dicari oleh para praktisi digital marketing.
Baca juga: Content Brief: Pengertian, Cara Membuat dan Manfaat
Apa Perbedaan Utamanya?
Untuk memperjelas, berikut perbandingan antara keduanya:
1. Relevansi Waktu
Seasonal content hanya relevan pada waktu atau momen tertentu, misalnya saat Natal atau Lebaran.
Evergreen content tetap relevan dan berguna sepanjang tahun tanpa tergantung waktu.
2. Umur Konten
Seasonal content biasanya memiliki umur pendek karena cepat basi setelah momen berlalu.
Evergreen content tahan lama dan bisa digunakan terus-menerus karena isinya selalu relevan.
3. Puncak Trafik
Seasonal content mengalami lonjakan trafik yang tinggi hanya saat momen tertentu berlangsung.
Evergreen content memiliki trafik yang stabil dan berkelanjutan sepanjang waktu.
Baca juga: Apa itu Content Hub? Jenis dan Cara Membuatnya
4. Tujuan Utama
Seasonal content dibuat untuk menarik perhatian audiens saat tren atau momen khusus sedang berlangsung.
Evergreen content bertujuan memberikan nilai dan informasi yang berguna dalam jangka panjang.
5. Contoh
Seasonal content: artikel promosi Natal, tips persiapan mudik Lebaran.
Evergreen content: panduan SEO, cara mengatur keuangan pribadi.
Dalam praktiknya, tidak ada keharusan untuk memilih hanya satu jenis konten. Strategi terbaik justru mengombinasikan seasonal dan evergreen content agar website Anda selalu relevan dengan tren terbaru sekaligus kokoh dalam jangka panjang.
Evergreen content menjaga fondasi trafik Anda tetap stabil, sementara seasonal content membantu Anda tampil menonjol pada momen-momen spesial yang dicari banyak orang.
Dengan perencanaan kalender konten yang tepat, keduanya bisa bekerja sama mendukung pertumbuhan performa website Anda secara signifikan.
Baca juga: Apa Itu Content Calendar dan Cara Merencanakannya?
6 Cara Efektif Membuat Seasonal Content
Dalam dunia digital marketing yang dinamis, konten seasonal memegang peran penting dalam menjaring audiens di waktu-waktu tertentu. Konten jenis ini bersifat temporer dan biasanya dirancang untuk menyasar momen-momen khusus seperti hari besar, musim liburan, tren tahunan, hingga peristiwa viral.
Tapi, bagaimana caranya agar seasonal content yang Anda buat tidak hanya ikut-ikutan tren, tapi juga benar-benar berdampak pada performa website atau media sosialmu? Yuk, simak panduan lengkap berikut!
1. Kenali Audiens Anda Lebih Dalam
Langkah pertama sebelum membuat konten adalah memahami siapa target pembaca Anda. Jangan asal bikin konten hanya karena topiknya sedang tren. Anda perlu menyesuaikan topik dengan karakteristik audiens, mulai dari usia, jenis kelamin, lokasi, hingga gaya hidup.
Gunakan alat bantu seperti Google Analytics untuk mengetahui siapa saja yang paling sering mengunjungi situs Anda: apakah mayoritas perempuan muda urban atau pria dewasa yang gemar teknologi? Dengan begitu, konten seasonal yang Anda buat akan lebih tepat sasaran dan engaging.
2. Susun Content Plan yang Strategis dan Terarah
Setelah memahami audiens, langkah selanjutnya adalah menyusun content plan. Tandai momen-momen penting seperti hari libur nasional, kampanye global, atau event industri tertentu. Jangan lupa, padukan juga dengan ide-ide konten evergreen agar kalender editorial Anda seimbang dan berkelanjutan.
Buat perencanaan yang matang mulai dari ide topik, kerangka tulisan, tujuan konten, hingga jadwal publikasi. Ini akan sangat membantu agar tim content marketing bisa bekerja lebih efektif dan tidak kebingungan saat menghadapi momen musiman.
Baca juga: Apa Itu Content Strategy, Manfaat dan Cara Melakukannya?
3. Temukan Topik yang Tepat Lewat Google Trends
Untuk menemukan topik yang sedang naik daun, jangan hanya mengandalkan intuisi. Gunakan alat seperti Google Trends untuk mencari tahu apa yang sedang ramai dibicarakan masyarakat. Fitur ini memungkinkanmu membandingkan volume pencarian beberapa kata kunci sekaligus, dan melihat tren popularitasnya berdasarkan lokasi atau rentang waktu.
Google Trends juga berguna untuk menghindari penulisan konten seasonal yang kurang relevan atau sudah lewat hype-nya. Misalnya, sebelum menulis tentang “ide hampers Lebaran,” cek dulu apakah topik tersebut sedang naik atau justru mulai menurun.
4. Ciptakan Konten Berkualitas dengan Nilai Tambah
Meski bersifat sementara, konten seasonal tetap harus dibuat dengan kualitas tinggi. Pastikan Anda mengikuti prinsip E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness) yang jadi indikator penilaian Google terhadap kredibilitas suatu konten.
Tambahkan informasi yang bernilai lebih dan belum banyak diangkat oleh kompetitor. Misalnya, jika Anda membuat konten tentang “Inspirasi Outfit Natal,” tambahkan tips mix & match berdasarkan body type atau referensi warna dari tren fashion terkini.
Semakin kaya kontenmu, semakin tinggi kemungkinan pengguna merasa puas dan kembali lagi ke website-mu di kemudian hari.
5. Waspadai Duplikasi Konten dari Tahun Sebelumnya
Banyak seasonal content yang bersifat tahunan, seperti ucapan Tahun Baru, ide menu buka puasa, hingga panduan belanja Lebaran. Jika Anda sudah pernah membuat konten serupa di tahun sebelumnya, Anda perlu hati-hati agar tidak terkena keyword cannibalism—yaitu kondisi ketika dua atau lebih artikel dengan kata kunci yang sama saling bersaing dan justru menurunkan performa satu sama lain di mesin pencari.
Solusinya? Lakukan update pada konten lama. Ubah judul, perbarui isi artikel dengan data atau tren terbaru, dan beri sentuhan segar agar terasa relevan kembali. Jika Anda tetap ingin membuat konten baru, pilih kata kunci yang berbeda atau lebih spesifik agar tidak saling bertabrakan.
Contohnya:
Artikel lama: “10 Resep Kue Kering Terfavorit untuk Natal 2023”
Artikel baru: “Kreasi Kue Kering Kekinian untuk Rayakan Natal 2024”
Sedangkan URL dan kata kunci utama sebaiknya tetap menggunakan istilah yang tidak terikat waktu, seperti resep kue kering natal, agar artikel bisa digunakan ulang di tahun-tahun berikutnya dengan hanya sedikit pembaruan.
Baca juga: Apa Itu Content Mapping dan Cara Membuatnya
6. Gabungkan Strategi dengan Fleksibilitas
Membuat seasonal content bukan sekadar mengejar tren. Anda tetap perlu pendekatan strategis, riset mendalam, dan kepekaan terhadap kebutuhan audiens. Ketika semua itu dikombinasikan, seasonal content bisa menjadi alat yang sangat powerful untuk meningkatkan visibilitas brand sekaligus engagement.
Maksimalkan Potensi Seasonal Content untuk Strategi Digital Anda
Memahami apa itu seasonal content dan bagaimana cara membuatnya bukan hanya soal mengikuti momen, tapi juga tentang menyusun strategi konten yang mampu memicu emosi audiens di waktu yang tepat. Dengan perencanaan yang matang, seasonal content adalah peluang besar untuk meningkatkan trafik, keterlibatan, hingga konversi.
Jika Anda ingin tampil di halaman pertama Google dengan konten musiman yang dirancang secara strategis dan tepat sasaran, SEO Agency Toprank Indonesia siap menjadi mitra andal Anda. Sebagai jasa SEO profesional, kami memahami ritme digital dan mampu menghadirkan seasonal content yang tak hanya relevan tapi juga berkinerja tinggi.