13 Cara Strategi Bidding Google Ads 2025

admin

strategy bidding

Memasuki tahun 2025, strategi bidding di Google Ads semakin mengandalkan kecerdasan buatan dan otomatisasi untuk membantu pengiklan meraih hasil maksimal dari setiap anggaran yang dikeluarkan. Kini, bukan hanya soal menentukan angka bid tertinggi, melainkan bagaimana memanfaatkan fitur-fitur terbaru seperti Smart Bidding, integrasi data first-party, hingga penyesuaian musiman agar performa iklan tetap optimal di tengah persaingan yang makin dinamis.

Dengan berbagai pilihan strategi bidding yang terus berkembang, pengiklan dituntut untuk lebih adaptif dan cermat dalam memilih metode yang paling sesuai dengan tujuan bisnis mereka, baik itu untuk meningkatkan konversi, memaksimalkan nilai transaksi, atau memperluas jangkauan audiens secara efisien.

Apa Itu Strategi Bidding?

Strategi bidding adalah pendekatan atau sinyal khusus yang Anda berikan kepada sistem periklanan digital (seperti Google Ads), untuk menentukan bagaimana dan seberapa besar anggaran harian Anda dibelanjakan oleh algoritma.

Dalam kata lain, ini semacam ‘instruksi’ kepada mesin agar iklan Anda tampil secara optimal, sesuai dengan tujuan kampanye yang ingin Anda capai ‘apakah itu klik, impresi, atau konversi. Bayangkan Anda sedang memercayakan sejumlah uang pada sistem otomatis untuk membeli ruang iklan secara real-time di tengah persaingan yang sangat ketat. Maka dari itu, strategi bidding menjadi panduan agar setiap rupiah yang dikeluarkan benar-benar bekerja semaksimal mungkin.

Secara umum, strategi bidding terbagi ke dalam dua pendekatan utama:

  • Tanpa Batas (Uncapped Bidding)
  • Ini seperti memberi kebebasan penuh kepada algoritma untuk membelanjakan anggaran Anda tanpa batasan. Meskipun terdengar efisien, strategi ini bisa jadi pedang bermata dua. Jika tidak diawasi dengan bijak,
  • anggaran bisa terkuras tanpa menghasilkan ROI yang sebanding.
  • Dengan Batas (Capped Bidding)

Sebaliknya, pendekatan ini memberikan kontrol lebih. Anda menetapkan batas maksimal yang tidak boleh dilewati oleh algoritma dalam satu hari atau per aksi tertentu. Namun, risikonya pun ada: penayangan iklan bisa sangat terbatas bahkan tak muncul sama sekali jika batas yang ditetapkan terlalu sempit.

Memahami jenis bidding ini penting, karena strategi bidding yang Anda pilih sangat berpengaruh pada performa iklan. Dan yang perlu digarisbawahi, setiap platform periklanan memiliki sistem bidding masing-masing, meskipun secara mekanisme dasarnya serupa. Google Ads, Facebook Ads, hingga Instagram Ads punya pendekatan algoritmik yang berbeda dalam mengelola bidding.

Baca juga: Mengenal Negative Keyword agar Iklan Tidak Boncos

Arti Auction dalam Ekosistem Iklan Digital

Setelah memahami bidding, mari kita bahas auction atau lelang digital, yang menjadi fondasi utama dari cara kerja Google Ads. Auction di sini bukan seperti lelang barang antik, tapi lebih seperti sistem seleksi otomatis yang menentukan iklan mana yang berhak tampil di halaman hasil pencarian.

Setiap kali seseorang mengetikkan sesuatu di Google, saat itulah proses auction dimulai. Semua iklan yang relevan dengan kata kunci tersebut akan otomatis “masuk lelang.” Tapi tidak semua bisa menang, karena slot iklan sangat terbatas. Maka, Google akan memilih iklan-iklan yang paling layak untuk ditayangkan berdasarkan kombinasi antara:

  • Jumlah bid atau penawaran maksimal yang Anda siapkan
  • Skor kualitas iklan Anda (Quality Score), yang mencakup relevansi, kualitas halaman tujuan, dan CTR yang diprediksi.

Rumus sederhananya:

Peringkat Iklan = Max Bid × Quality Score

Iklan dengan peringkat tertinggi akan menduduki posisi paling atas. Namun, biaya klik atau CPC (Cost Per Click) yang Anda bayarkan tidak selalu sebesar penawaran Anda. Justru, CPC ditentukan berdasarkan peringkat iklan pesaing di bawah Anda, dibagi dengan Quality Score Anda. Jadi, efisiensi dan kualitas tetap jadi penentu utama.

Baca juga: Google Display Network (GDN): Manfaat dan Cara Optimasinya

Tujuan dan Fungsi Strategi Bidding Google Ads

Strategi bidding bukan sekadar teknis “seberapa besar Anda ingin membayar”, tetapi lebih dalam dari itu. Ia berkaitan erat dengan goal dari kampanye Anda. Misalnya:

  • Jika Anda ingin meningkatkan traffic, maka strategi bidding akan difokuskan pada jumlah klik.
  • Jika Anda sedang mengejar brand awareness, maka jumlah impresi menjadi target utama.
  • Jika tujuannya adalah penjualan atau pendaftaran, maka fokusnya pada konversi.

Dengan kata lain, bidding adalah pondasi dari efektivitas iklan digital. Tanpa strategi yang tepat, anggaran bisa habis tanpa hasil yang berarti.

Baca juga: Apa Itu Performance Max (PMax)?

Cara Kerja Strategi Bidding

Strategi bidding adalah inti dari bagaimana iklan Anda bersaing untuk mendapatkan posisi terbaik di halaman hasil pencarian Google atau di jaringan iklan lainnya. Pada dasarnya, bidding adalah proses penawaran harga yang Anda berikan untuk setiap klik, tayangan, atau konversi yang diharapkan dari iklan Anda.

Namun, di balik proses sederhana itu, terdapat mekanisme cerdas yang menggabungkan data, prediksi, dan algoritma untuk memastikan anggaran iklan Anda digunakan secara optimal.
Berikut gambaran umum tentang cara kerja strategi bidding yang biasa diterapkan dalam Google Ads:

  • Penentuan keywords yang relevan dengan produk atau layanan yang Anda tawarkan. Ini adalah langkah awal untuk memastikan iklan Anda muncul pada pencarian yang tepat.
  • Menetapkan bid atau tawaran maksimum yang bersedia Anda bayar untuk setiap klik atau tindakan tertentu. Ini menentukan seberapa agresif Anda bersaing dalam lelang iklan.
  • Terjadinya lelang otomatis setiap kali pengguna memasukkan kata kunci ke mesin pencari, di mana sistem Google akan membandingkan bid dan kualitas iklan dari berbagai pengiklan.
  • Penggunaan Quality Score, sebuah metrik yang menilai relevansi dan kualitas iklan serta halaman landing Anda, yang turut mempengaruhi posisi iklan dan biaya yang harus dibayar.
  • Penempatan iklan berdasarkan kombinasi bid dan Quality Score, di mana iklan dengan skor tertinggi mendapatkan posisi terbaik di halaman hasil pencarian.
  • Pembayaran yang hanya dilakukan saat pengguna mengklik iklan (model PPC), sehingga Anda membayar sesuai hasil nyata yang didapatkan.

Selain itu, ada berbagai jenis strategi bidding yang bisa disesuaikan dengan tujuan kampanye Anda, mulai dari manual CPC yang memberi kontrol penuh, hingga strategi otomatis seperti Smart Bidding yang memanfaatkan kecerdasan buatan Google untuk mengoptimalkan konversi dan nilai konversi secara real-time.

Baca juga: 9 Google Ads KPI yang Harus Anda Perhatikan

Jenis Strategi Bidding

Strategi bidding dalam Google Ads dapat dibagi menjadi dua kategori utama: manual dan otomatis. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung pada tujuan kampanye, pengalaman pengguna, serta besarnya anggaran iklan yang dimiliki.

1. Manual Bidding

Manual bidding memberi Anda kontrol penuh terhadap setiap penawaran dalam kampanye Google Ads. Anda dapat menentukan sendiri berapa jumlah maksimal yang ingin Anda bayarkan untuk setiap klik, baik di tingkat kampanye, grup iklan, maupun kata kunci individual.

Manual bidding cocok bagi Anda yang memiliki anggaran terbatas, baru memulai kampanye, atau ingin memahami sistem Google Ads lebih dalam sebelum beralih ke strategi yang lebih kompleks.

2. Automated Bidding (Bidding Otomatis)

Berbeda dari manual bidding, strategi otomatis memungkinkan Google untuk mengelola penawaran berdasarkan data dan algoritma mereka. Google akan menyesuaikan penawaran secara otomatis agar iklan Anda tampil kepada pengguna yang paling berpotensi melakukan klik atau konversi.

Automated bidding cocok untuk bisnis dengan anggaran besar yang tidak punya banyak waktu untuk memantau setiap kampanye secara detail, atau untuk pengiklan yang belum berpengalaman.

3. Smart Bidding

Smart Bidding adalah bentuk lanjutan dari automated bidding yang fokus pada konversi dan nilai konversi. Strategi ini menggunakan machine learning Google secara mendalam untuk mengoptimalkan penawaran dalam setiap lelang secara real-time.

Google Punya Kepentingan Sendiri: Algoritma Google tidak sepenuhnya bekerja hanya untuk kepentingan pengiklan, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan ekosistem iklan mereka.

13 Cara Optimasi Strategi Bidding Google Ads 2025

optimasi strategi bidding

Setiap strategi memiliki kelebihan dan kekurangannya, tergantung dari tujuan kampanye Anda, apakah ingin mendatangkan lebih banyak trafik, meningkatkan penjualan, atau membangun kesadaran merek. Berikut 13 strategi bidding Google Ads yang bisa Anda optimalkan di tahun 2025:

1. Manual Cost-per-Click (CPC)

Manual CPC adalah pondasi dari seluruh strategi bidding. Anda secara langsung mengatur nilai maksimal yang bersedia Anda bayarkan untuk satu klik pada iklan Anda.
Kenapa ini penting?

Dengan strategi ini, Anda punya kontrol penuh atas setiap keyword. Misalnya, jika Anda tahu bahwa kata kunci “sepatu lari pria murah” menghasilkan lebih banyak penjualan, Anda bisa menaikkan bid untuk kata kunci tersebut, dan menurunkan untuk yang kurang efektif.

Kelebihan:

Cocok untuk pemula yang ingin belajar dasar Google Ads.
Memberi kendali sepenuhnya terhadap biaya klik per kata kunci.

Kekurangan:

Perlu waktu dan tenaga untuk memantau dan mengatur bid secara manual.
Tidak memanfaatkan data otomatisasi dari sistem Google.

2. Enhanced Cost-per-Click (eCPC)

Enhanced CPC adalah versi “pintar” dari manual CPC. Anda tetap menetapkan batas bid, tapi sistem Google akan secara otomatis menaikkan atau menurunkannya berdasarkan kemungkinan terjadinya konversi.
Contoh:

Jika Google mendeteksi bahwa pengguna A kemungkinan besar akan melakukan pembelian, maka sistem akan menaikkan bid Anda secara otomatis hanya untuk pengguna tersebut.

Kelebihan:

  • Menggabungkan kendali manual dan bantuan AI.
  • Dapat meningkatkan konversi tanpa terlalu banyak intervensi.

Kekurangan:

  • Bid bisa melampaui batas maksimal yang Anda harapkan jika tidak diawasi dengan baik.

3. Maximize Clicks

Strategi ini cocok jika Anda punya tujuan sederhana: mendatangkan trafik sebanyak mungkin ke situs Anda dalam batas anggaran tertentu.

Ideal digunakan ketika:

  • Anda baru memulai kampanye dan ingin menjaring data.
  • Tujuan utama adalah menarik audiens baru.

Cara kerjanya:

Google akan secara otomatis mengatur bid agar menghasilkan klik terbanyak dari anggaran harian yang Anda tentukan. Tapi ingat, banyak klik belum tentu banyak konversi, ya!

4. Maximize Conversions

Berbeda dengan strategi sebelumnya, Maximize Conversions fokus pada hasil: yakni berapa banyak tindakan konversi yang bisa didapatkan, bukan sekadar klik.

Misalnya:

Jika Anda menjual baju online, maka “konversi” bisa berarti pembelian, pengisian formulir, atau bahkan hanya kunjungan ke halaman checkout.

Kelebihan:

  • Mengandalkan machine learning Google untuk mengarahkan iklan ke pengguna yang cenderung melakukan konversi.
  • Sangat efektif jika sudah memiliki data konversi yang cukup.

Kekurangan:

  • Biaya bisa melonjak jika kampanye tidak dikontrol dengan baik.
  • Tidak cocok untuk kampanye tanpa tujuan konversi yang jelas.

5. Maximize Conversion Value

Jika sebelumnya fokus pada jumlah konversi, strategi ini fokus pada nilai total dari konversi tersebut. Artinya, sistem akan berusaha mendapatkan konversi yang paling bernilai tinggi.

Contoh:

Daripada mendapatkan 10 konversi bernilai Rp100.000, sistem akan memilih 5 konversi tapi masing-masing bernilai Rp500.000.

Kelebihan:

  • Ideal untuk bisnis dengan variasi harga produk yang signifikan.
  • Mengarah ke ROI (return on investment) yang lebih baik.

Kekurangan:

  • Butuh pelacakan nilai konversi yang tepat dan real-time.

6. Target CPA (Cost Per Acquisition)

Target CPA memungkinkan Anda menentukan biaya rata-rata per konversi yang Anda inginkan. Misalnya, Anda bersedia membayar Rp30.000 untuk setiap pelanggan baru yang didapatkan.

Cara kerja:

Google akan menyesuaikan tawaran secara otomatis untuk mendekati atau memenuhi target biaya tersebut.

Kelebihan:

  • Membantu menjaga efisiensi anggaran.
  • Cocok untuk kampanye berorientasi hasil seperti lead generation.

Kekurangan:

  • Membutuhkan data historis konversi agar sistem bekerja optimal.
  • Target terlalu rendah bisa membuat iklan jarang tampil.

7. Target ROAS (Return on Ad Spend)

Target ROAS fokus pada pengembalian investasi dari biaya iklan. Anda menentukan berapa persen pengembalian yang diharapkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan.

Contoh:

Jika Anda memasang ROAS 400%, berarti untuk setiap Rp1.000 yang Anda keluarkan, Anda berharap mendapatkan Rp4.000 kembali.

Kelebihan:

  • Akurat untuk bisnis yang sudah matang secara digital.
  • Cocok untuk e-commerce dengan banyak kategori produk.

Kekurangan:

  • Butuh data nilai transaksi yang terukur dan akurat.

8. Target Impression Share

Strategi ini cocok bila Anda ingin menguasai visibilitas dalam hasil pencarian Google. Anda bisa menetapkan bahwa iklan Anda harus tampil di posisi atas atau bahkan posisi 1.

Tujuan:

Lebih banyak orang melihat brand Anda, meski belum tentu mereka langsung klik atau beli.

Kelebihan:

  • Ideal untuk kampanye brand awareness.
  • Memberikan dominasi visual atas kompetitor.

Kekurangan:

  • Tidak fokus pada hasil (konversi).
  • Bisa mahal jika kompetisi ketat.

9. CPM (Cost Per Thousand Impressions)

Dengan strategi CPM, Anda membayar per 1.000 kali tayangan iklan, tanpa memperhitungkan klik atau konversi.

Cocok untuk:

Meningkatkan eksposur brand secara masif.
Kampanye branding pada media rich seperti Display Network.

10. Viewable CPM (vCPM)

vCPM adalah versi CPM yang lebih selektif. Anda hanya akan dikenai biaya jika iklan benar-benar terlihat oleh pengguna.

Kelebihan:

  • Meningkatkan kualitas tayangan.
  • Menghindari biaya dari tayangan yang sebenarnya tidak dilihat pengguna.

11. CPV (Cost Per View)

Khusus untuk kampanye video seperti di YouTube, strategi ini membuat Anda hanya membayar jika video ditonton minimal 30 detik (atau sampai selesai jika durasi di bawah 30 detik), atau jika penonton berinteraksi.
Ideal untuk:

  • Kampanye storytelling melalui video.
  • Peluncuran produk yang membutuhkan penjelasan mendalam.

12. Target CPM

Berbeda dari CPM biasa, strategi ini memberi Anda keleluasaan menentukan biaya rata-rata per 1.000 tayangan. Google akan berupaya menyesuaikan penayangan iklan Anda untuk mencapai target tersebut.

13. Portfolio Bid Strategies

Terakhir, ini adalah pendekatan yang cocok untuk pengelolaan kampanye dalam skala besar. Anda bisa mengelompokkan beberapa kampanye yang memiliki tujuan serupa dan menggunakan satu strategi bidding bersama.

Keuntungan utama:

  • Praktis untuk agensi atau bisnis dengan banyak akun/kampanye.
  • Memberi efisiensi waktu dan konsistensi strategi

Maksimalkan Hasil Kampanye dengan Strategi Bidding yang Tepat

Setiap bisnis digital yang ingin unggul di Google Ads perlu memahami bahwa strategi bidding adalah inti dari pengaturan iklan yang sukses. Dengan memilih jenis bidding yang sesuai, seperti Target CPA, Target ROAS, hingga Manual CPC, Anda tidak hanya menghemat anggaran, tetapi juga bisa lebih akurat menjangkau audiens potensial.

13 cara strategi bidding Google Ads 2025 di atas merupakan panduan praktis untuk Anda yang ingin meningkatkan performa kampanye secara signifikan di tengah persaingan digital yang makin ketat.

Namun, mengatur strategi bidding secara efektif bukan hal yang mudah. Di sinilah Toprank Indonesia hadir sebagai solusi andal. Sebagai penyedia jasa iklan Google Ads profesional, kami tidak hanya membantu Anda memilih strategi bidding terbaik, tetapi juga mengoptimalkannya agar iklan Anda menghasilkan lebih banyak leads yang berkualitas.

Percayakan kampanye Anda pada tim ahli Toprank Indonesia dan rasakan bedanya performa iklan yang dikelola secara strategis dan profesional!

Published On: Mei 23rd, 2025 / Categories: SEM Tips /
Pelajari Juga

Tingkatkan traffic website dengan layanan SEO kami. Segera pesan paket SEO Toprank untuk dapatkan hasil terbaik!